Dasar dasar Budidaya atau Tanaman sayur dapat berbentuk rumput, perdu, semak, atau pohon. Bentuk pertumbuhannya tegak pendek, menjulang, atau menjalar dengan hasil berupa umbi, bunga, buah atau biji.
Umumnya tanaman sayur berbunga sempurna (thermophrodit), yakni dala satu bunga terdapat bunga jantan dan betina. Alat reproduksi jantan disebut benang sari (stamen). Benang sari mengandung tepung sari (polen) dalam kantong sari (anthera). Sementara itu, alat reproduksi betina disebut putik (pisitilium). Putik terdiri dari bagian bakal buah (ovarium) yang mengandung bakal biji (ovulum) dan kepala putik (stigma). Namun, ada pula tanaman yang berbunga betina dan jantannya terpisah atau berkelamin tunggal (unsexualis), tetapi dalam satu pohon. Selain itu, ada pula tanaman sayur yang berumah satu (monoecus), seperti melinjo, nangka, dan keluwih.
Tanaman sayur berperan penting dalam kehidupan sehari hari. Awalnya tanaman ini dikenal sebagai tanaman perkebunan raktyat, tetapi sekarang lebih dikenal dengan naman hortikultura. Hortikultura termasuk tanaman yang secara tidak langsung memiliki nilai keindahan. Itulah sebabnya banyak orang yag menanam sayur dipekarangan. Yang dimaksud dengan pekarangan adalah lahan disekitar rumah yang dibatasi oleh pagar batas yang jelas. Dahulu pengelolaan pekarangan dilakukan oleh ibu rumah tangga (matriarchat), sedangkan ladang dan sawah oleh kaum bapak (patriarchat). Keadaan ini dipengaruhi oleh ekosistem wilayah setempat dan keamanan dari gangguan binatang buas, seperti halnya berburu dihutan yang menjadi hak laki laki (parental). Sisa sisa bentuk pertanian tersebut dapat dilihat pada suku anak dalam di Sumetera Selatan dan malaysia utara. Pengelolaan pekarangan sekarang dilakukan kaun bapak dan ibu secara bersama sama.
Budidaya sayuran perlu pengelolaan dan perhatian yang lebih dari tanaman lain. Agar hasil bertanam sayur maksimal, perlu diperhatikan dasar usaha bertanam, diantaranya pengolahan tanah, pemupukan, pengelolaan air, penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil, penanangan hasil juga perlu pemahaman analisis usaha bila tujuan bertanam dijual.
Daftar Isi
Pengelohan Tanah atau dasar dasar budidaya
Tanah yang akan ditanami digemburkan dengan dicangkul sebaik baiknya. Tanah yang telah dicangkul akan menjadi remah sehingga aerasinya berjalan baik dan zat zat beracun pun akan hilang. Selanjutnya, rumput-rumputan (gulma) dihilangkan, terutama akar alang alang supaya akar akar tanaman sayur dapat tumbuh dengan bebas tanpa persaingan dan perebutan unsur hara dengan gulma.
Pengolahan tanah gambut (peat) harus lebih berhati hati. Pengolahan tanah yang terlalu intensif atau pembakaran sisa tanaman dapat merugikan kesuburan tanah karena banyak senyawa organik yang terbang ke udara dan tidak dimanfaatkan. Pada lahan gambut, pH-nya sangat rendah 3-5 sehingga perlu diberi kapur dan saluran drainase yang dapat mengalir. Bila hal itu tidak dilakukan, lahan akan bersifat racun terhadap tanaman.
Pemupukan
Tanaman perlu diberikan pupuk. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut berfungsi untuk menyediakan hara organik bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan menahan air dalam tanah. Perlu diperhatikan pupuk kandang atau kompos yang digunakan haus yang telah matang. Pupuk tersebut sudah tidak membusuk dan mengurai lagi sehingga tidak menghasilkan panas. Adanya panas dari proses membusuknya pupuk mentah dapat mengakibatkan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati.
Dalam pupuk kandang atau kompos terdapat berbagai unsur yang sangat dibutuhkan untuk tumbuhnya tanaman sayuran. Bila unsur tersebut kurang dari kebutuhan tanaman, dapat diatasi dengan penambahan pupuk buatan, biasanya berupa nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Sumber N diperoleh dari ZA (20% N), Urea (42% N). Sumber P diperoleh dari TSP (45% P2O5), DS (45% P2O5), SP-36 (36% P2O5), atau fosfat alam (30% P2O5 dan 40% CaO). Sementara itu, sumber K adalah KCL (50% K2O) atau ZK (28% K2O).
Pupuk yang ditambahkan pun dapat berupa majemuk, asalkan kadar unsur haranya diperhitungkan. Bagi tanah asam yang pH-nya kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 1 – 4/ha agar pH sesuai dengan yang dikehendaki.
Pengelohan Air
Tujuan dari pengolahan air adalah mengatur ketersedian air, baik saat kekeringan maupun kelebihan air, tanaman akan layu dan akhirnya mati. Sebaliknya, bila kelebihan air, tanaman tidak dapat mengambil makanan dengan baik dari tanah sebagai akibat dari aerasi yang jelek. Selain itu, akarnya cepat membusuk akibat serangan penyakit, terutama cendawan dan bakteri.
Penyemaian Benih
Benih yang digunakan harus murni atau tidak dicampur biji lain, tidak ada cacat, dan berasal dari tanaman yang sehat, serta produktivitasnya tinggi. Bila benih diambil dari buah yang masih muda, daya kecambahnya akan rendah, pertumbuhan jelek, dan saya simpannya rendah dengan ciri mudah kisut kisut. Oleh karena itu, benih atau biji yang digunakan sebaiknya dari buah lembaga penelitian, balai benih, atau penangkar yang memproduksi benih bersertifikat. Benih yang kering (kandungan airnya sekitar 8-11% dapat bertahan lama bila disimpan ditempat kering dan agak dingin.
Benih yang memenuhi syarat dapat disemaikan terlebih dahulu di persemaian. Persemaian merupakan tempat yang dapat menjaga kesetabilan suhu, kelembapan lingkungan, dan mengatur banyaknya sinar matahari masuk. Oleh karena itu, benih yang disemaikan dapat terjaga kelembapannya sehingga tidak terlalu basa dan tidak terlalu kering.
Persemaian perlu diberi atap yang dibuat miring ke arah barat, tetapi dihadapkan ke timur. Dengan cara ini sinar matahari pagi masuk sebanyak mungkin ke persemaian. Sebaliknya, sinar matahari sore masuknya sedikit.
Tanah persemaian harus halus dan bebas hama atau penyakit. Oleh karena itu, sebaiknya tanah didensifeksi dahulu dan zat kimia seperti formalin 4% atau distrelisasi dengan cara direbus/diasap. Dengan perawatan ini, diharapkan benih tumbuh 80-100% dan terhindar dari serangan penyakit damping off atau rebah kecambah.
Penanaman
Penanaman merupakan proses pemindahan bibit (tanaman muda) dari persemaian ke kebun. Penanaman dilakukan dengan hati hati agar bibit tidak rusak, terutama akarnya.
Setelah dipindahkan ke kebut, bibit perlu dilindungi dari terik sinar matahari. Perlindungan tersebut untuk mencegah penguapan berlebihan karena tanaman muda belum dapat mengambil air dari dalam tanah. Bahan yang digunakan untuk melindungi tanaman muda itu, antara lain pelepah pisang atau dedaunan. Pelindung atau tutup dapat dibuka setelah tanaman tumbuh, yakni sekitar 5 – 7 hari.
Sebelum bibit dipindahkan, sebaiknya tanah yang akan ditanami diperiksa terlebih dahulu kondisinya telah cukup basah atau belum. Bila kondisi tanah kering, tanah harus diberi air terlebih dahulu. Tanah yang kering akan mengakibatkan kerusakan pada bibit tersebut atau akarnya terluka.
Sistem Tanam
Sistem tanam sayur dapat monokultural atau tumpang sari. Untuk pengusahaan besar atau agribisnis, sistem penanamannya umumnya monokultural. Maksudnya satu macam jenis sayuran ditanam dalam satu areal yang sama tiap periode tanam. Jenis sayuran yang umumnya ditanam dalam usahak skala besar, diantaranya kentang, kubis, bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Lahan yang digunakan luasnya puluhan hektar. Sistem tanam monokultur dilakukan untuk menghindari kesulitan dalam pemeliharaannya.
Sebainya dalam usaha skala kecil, sistem penanaman biasanya dilakukan secara tumpang sari. Beberapa jenis sayuran ditanam dalam satu areal pada sistem tanam ini. jenis sayur yang dianam skala usaha kecil diantaranya bayam, kangkung, kacang panjang, dan mentimun. Lahan yang dibutuhkan kurang dari satu hektar. Namun, dalam usaha skala kecil ada pula yang menerapkan sistem monokultur. Penentuan sistem tanam yang akan diterapkan sangat dipengaruhi oleh jenis sayuran serta sifat tanaman.
Umumnya tumpang sari pada sayuran hanya dilakukan dengan tanaman tahunan, seperti buah mangga atau jeruk sehingga hasil dapat dipanen sebelum tanaman buah menghasilkan. Bila tumpang sari sayuran dilakukan lain biasanya hanya dilakukan di penggir batas petakan, misalnya wortel dengan bawang daun. Walaupun demikian, sistem tanam sayuran yang baik harus diikuti dengan pergiliran tanaman atau rotasi sekurang kurangnya sekali setahun. Pergiliran tanaman ini juga untuk menjaga kesuburan tanah serta mencegah munculnya hama dan penyakit yang berbahaya, terutama penyakit penghuni tanah (soil bome disease) yang berbahaya, terutama bengkak akar, dan penyakit layu. Tanaman yang dapat digunakan untuk rotasi dapat berasal dari Crotalaria (Leguminosae) atau sayuran lain yang tidak sejenis.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan keharusan. Tanpa pemeliharaan usaha penanaman sayuran akan sia sia. Dalam pemeliharaan tanaman pencegahan serangan penyakit (bakteri, cendawan, atau fungsi, dan virus), serta pemberantasan serangan hama (ulat dan kutu) harus menjdi perhatian. Memberantas hama dan penyakit harus hati hati dan cermat terutama dalam menggunakan pestisida. jenis dan dosisnya harus disesuaikan. selain itu, penyemprotan pestisida harus dihentikan satu bulan sebelum panen untuk menghindari residu. Penyemprotan pestisida harus mengarah pada tempat hama mengumpul. Dengan demikian usaha memberantasnya akan maksimal dengan biaya semenimal mungkin.
Dengan pancausaha hortikultura, yaitu menggunakan benih bermutu, bercocok tanam dengan kultur yang baik, mengelola air yang tepat, memupuk dengan benar, serta memberantas hama dan penyakit secara intensif, terbukti dapat meningkatkan hasil. Selain itu, mendangir (menggemburkan tanah dan membersihkan gulma) penting dilakukan.
Pemungutan Hasil/Panen
Hasil tanaman, baik berupa daun, maupun umbi harus dipanen tepat waktu, jangan tergesa gesa atau terlambat. Bila pemanenan sembarangan atau terlambat maka sayuran akan cepat rusak, banyak bagian – bagian yang hilang dan rasanya tidak seenak yang diharapkan.
Pemanenan yang terlalu cepat dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil, sedangkan pemanenan yang terlambat akan menurunkan kualitas. Harus diingat bahwa produksi sayuran selalu dalam bentuk segar. Padahal, masa simpannya pada umumnya tidak lama, kecuali sayur biji bijian. Sayuran yang terlalu lama disimpan menjadi tidak segar sehingga rasanya tidak enak dan kandungan vitaminnya akan berkurang.
Penangan Hasil
Sayuran umumnya diusahakan diluar kota, sedangkan hasilnya dijual dikota kota yang jaraknya jauh dari pusat penghasil (sentra produksi). Oleh karena itu, antara 20-30% hasil sayuran akan menjadi sampah bila perlakuan pengangkutan dan penyimpanan buruk. Upaya untuk mencegah atau memperkecil kerusakan hasil antara lain dengan pengepakan yang baik dan pengangkutan yang cepat. Selain itu, pemungutan hasilnya harus pada stadia yang tepat dan penanganan hasil yang baik. Upaya yang dikenal dengan teknologi pascapanen ini dapat mengurangi kerusakan sampai 30%.
Susut bobot pada hasil sayuran tidak hanya disebabkan oleh kerusakan, tetapi juga proses penguapan. Salah satu cara mengurangi susut bobot adalah dengan pengolahan. Pengalengan (canning) dan pembuatan asinan termasuk pengolahan sayuran untuk mencegah bahaya cepat busuk dan pendinginan pada suhu rendah agar sayuran tetap segar. Cara ini banyak dilakukan di supermarket.
Pemasaran Hasil
Konsumen selalu menghendaki sayuran dalam keadaan segar. Oleh karea itu, disamping pengawetan hasil sayuran, juga diperlukan pemasaran hasil yang lancar. Pada dasarnya pasar hortikoltura, khususnya sayuran, dikenal beberapa macam seperti berikut:
- Pasar lokal/pasar petani
Penjualan sayuran dilakukan oleh petani di kebun tempat bertanam
- Pasar pengumpul/pasar pemborong
Penjualan dilakukan oleh petani/pemborong di tempat pengumpulan hasil kepada tengkulak.
- Pasar pusat atau terminal/ whole sale market
Transaksi dipasar dilakukan dikota kota besar seperti jakarta atau surabaya. Umumnya sayuran yang dijual dalam jumlah besar
- Pasar pengecer/retail market
Penjualan sayuran oleh pengecer dengan meneruskan tawaran langsung kepada konsumen.
Melihat jenis pasar yang ada dapat diketahui bahwa rantai pemasaran hasil hortikultura ini sangat panjang sehingga dapat merugikan petani. Untuk menaikkan keuntungan, perlu usaha memperpendek ranta pemasaran, memperlancar pengangkutan, memperkecil bagian bagian yang hilang (waste) dan menjaga stabilitas harga. Stabilitas harga hortilkultura terutama sayuran, merupakan kunci utama dalam mengurangi/menghindari kerugian petani akibat fluktuasi harga yang tajam. Harga yang tidak mantap dan selalu berfluktuasi dapat disebabkan oleh permintaan pasar yang tidak terkendali (tidak teratur dan tidak kontinu) dan pengadaan sayuran terbatas pada daerah sempit.
Analisa Usaha
Umumnya petani tidak pernah menghitung untung rugi usahanya. Akan tetapi, dalam agribisnis petani harus berpikir mencari laba untuk dapat mengembangkan usahanya. Ada tiga komponen yang mendasar analisa usaha tani sayuran, yakni biaya produksi, pendapatan dan keuntungan.
Biaya produksi sayuran merupakan jumlah semua biaya untuk menghasilkan sayuran sampai panen. Biaya ini terdiri dari sewa tanah, pengolahan lahan, pembelian bibit, penyediaan sarana produsi, perawatan tanaman, pemanenan, dan bunga modal. Biaya bungan modal dihitung bila modal diperoleh dari pinjaman bank. Biaya sarana produksi meliputi pupuk, pestisida, dan ajir atau lanjaran. Biaya dapat disesuaikan dengan waktu dan kondisi di daerah setempat.
Pendepatan didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh dari usaha tani selama periode tanam. Adapun kelayakan usaha dinilai dengan analisis keuangan (analisis fincansial). Analisis tersebut mencakup titik impas atau Break event point BEP, efisiensi penggunaaan Return on investment (ROI), dan Revenue Cost Ratio (R/C rasio). Cara menghitung BEP, ROI dan R/C rasio adalah sebagai berikut:
BEP Harga =
BEP Produksi =
ROI =
R/C =
Usaha bertanam sayuran dikatan tercapai titik impas bila harga jual sayuran sesuai dengan BEP harga atau produksi sayuran sesuai dengan BEP produksi. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai (Revenue Cost Ration R/C rasio) lebih dari satu. Tiap penambahan biaya Rp1,00 maka akan memperoleh penambahan senilai R/C.
Adapun jenis sayuran yang menjadi komiditas penting dalam kehidupan sehari hari adalah yang termasuk famili Amaranthaceae, Convolvulaceae, Solanaceae, Compositae, Umbelliferae, Chenopodiaceae, Cucurbitaceae, Liliaceae dan Leguminosae.