Home » SBM » Buah » Budidaya Buah Naga di Kebun

Budidaya Buah Naga di Kebun

Pembudidayaan buah naga untuk tujuan bisnis dilakukan dikebun. Namun, sebelum kegiatan pembudiayaan ini dilakukan perlu persiapan yang matang agar diperoleh hasil yang maksimal. Bahkan setelah bibit ditanam, tindakan perawatan pula harus dilakukan secara seefektif mungkin. Adapun kegiatan pembudiayaan buah naga tersebut adalah sebagai berikut:

Kebun Naga

Pengolahan Tanah Budidaya Buah Naga

Agar tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik, tanah harus diolah terlebih dahulu, tanaman buah naga akan tumbuh baik ditanah yang gembur. Bila tanahnya terlalu keras atau liat, akar tidak dapat berpegangan erat dengan tanah.

Pengolahan tanah untuk buah naga tidak terlalu sulit, namun, sebelum digemburkan terlebih dahulu tanahnya dibersihkan dari gulma dan rerumputan. Hal ini sangat di anjurkan untuk menghindari serangan hama dan penyakit, setelah bersih, tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam cangkulan kemudian di bolak balik

Tanah yang sudah digemburkan selanjutnya dibuat lubang lubang tanam. Lubang tanam dibuat sesuai dengan cara tanamnya. Ada dua cara penanaman buah naga, yaitu cara tinggal cara tanam kelompok. Masing masing cara memerlukan pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam yang berbeda.

Pengelohan tanah untuk sistem tunggal

Pengolahan tanah untuk sistem penanaman tunggal biasanya tidak dilakukan pada seluruh bagian lahan. Pengolahan hanya dilakukan pada lubang tanamannya saja. Adapun tahapan penyiapan atau pengolahan lahan untuk sistem tunggal adalah sebagai berikut:

  • Siapkan lubang sebagai tempat berdirinya tiang panjatan dengan kedalaman lubang sekitar 25cm, panjang 60cm, dan lebar 60cm. Jarak antarlubang tanaman sekitar 2,5m dan jarak antarbaris tanaman sekitar 3m
  • Buat lagi lubang kedua berukuran 10cm x 10cm dengan kedalaman 15cm pada bagian tengah dasar lubang pertama yang berukuran 60cm x 60cm x 25cm. Lubang kedua ini dibuat dengan menggunakan linggis.
  • Pasang tiang panjatan pada lubang kedua. Bila tiang tersebut masih goyah, dapat diperkuat dengan cara diperdalam. Caranya tiang dipukul pukul hingga tertancap kuat didalam tanah.
  • Agar air dapat mengalir dan tidak tergenang dilahan, diantara lubang antarbaris dibuatkan alur atau parit sedalam 20cm.
  • Campurkan tanah galian lubang dengan pasir sekitar 5kg, bubuk bata merah 5kg, pupuk kotoran ayam kering 10kg dan dolomit 300g. Pencampuran ini harus merata. Campuran ini merupakan media tanam tanaman.
  • Masukkan media tanam tersebut ke dalam lubang tanam.
  • Siram media tanam yang baru dimasukkan ke dalam lubang tanam dan biarkan terkena sinar matahari hingga kering. Penyiraman ini hanya dilakukan pada media tanam saja
  • Setelah kering, setiap lubang tanam ditaburkan pupuk TSP sebanyak 25g secara merata melingkari tiang panjatan. Jarak penaburan pupuk dengan pangkal tiang panjatan sekitar 10cm. Pupuk ini ditaburkan sehari sebelum tanam.

Pengolahan tanah untuk sistem kelompok (double rowing)

  1. Buatlah alur galian yang memanjang setiap 4m, lebar galian antara 40-60cm tergantung dari kesuburan tanah.
  2. Kebutuhan media tanam setiap 4m galian adalah pasir 8kg, pupuk kandang 20kg. Jika keadaan tanah terlelu porous tambahkan 10kg bubuk bata merah. Jika tanpa bubuk bata merah, tambahkanlah pupuk kandang menjadi 30kg, dolomit/kapur pertanian yang mengandung magnesium 600g dan SP36 sebanyak 250-350g. Bahan bahan tersebut dituang merata pada galian, yang setengahnya telah di isi dengan tanah galian. Kemudian masukkan sisa tanah galian sambil mencampur dan meratakan.
  3. Setelah penyiapan media selesai maka lakukanlah pengairan/pembasahan galian hingga jenuh. Kemudian biarkan selama 7hari hingga kering. Tujuan pengeringan adalah, agar tanah terbebas dari racun dan penguapan lain. Pengairan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  • Lep, yaitu membuat paritan kecil disamping kiri dan kanan tanaman. Setelah itu air dapat dialirkan pada parit. Kedalaman parit disesuaikan dengan dalamnya perakaran tanaman pada saat itu.
  • Penyiraman secara merata dan berulang dengan menggunakan selang plastik. Cara ini bertujuan agar tidak merusak media tanam.
  • Irigasi tetes dapat pula digunakan akan tetapi agak memakan waktu lama, terkecuali pada tahapan pemeliharaan berkala lebih praktis.

Sistem Pengairan Budidaya Buah Naga

Untuk budidaya buah naga dapat dipilih salah satu dari dua sistem pengairan yaitu sistem leb dan pipa air mirip hidroponik dengan bahan dari plastik atau karet. Pengairan ini tergantung pengadaan air atau sumber air yang dilingkungan sekitar.

  • Pengairan sistem leb

Pengairan menggunakan sistem leb umumnya dilakukan pada lahan berupa areal persawahan. Namun tidak tertutup kemungkinan pengairan ini pun dilakukan pada lahan tegalan asalkan memiliki sumber air.  Sistem leb ini biasa digunakan secara tradisional dengan peralatan sederhana seperti cangkul. Cangkul digunakan untuk membuka atau menutup saluran air dengan tanah atau bonggol pisang.

Sistem leb merupakan pengairan yang hanya menggunakan parit atau saluran air disekitar berisan tanaman. Penggunaan sistem ini tergantung pada jenis tanah. Umumnya sistem leb diterapkan pada tanah liat. Parit dibuat dengan kedalaman 20cm dan lebar 20cm. Jarak tanaman dengan parit 20cm-40cm. Kemiringan tanah pada pembuatan parit ini harus diperhatikan agar pengaliran air dapat berjalan dengan lancar.

Pemasukan air ke areal tanam di atur per petak lahan sesuai keadaan lahan. Air dimasukkan dari parit yang letak kemiringan lebih tinggi. Namun, sebelum air dialirkan ke dalam parit, bagian akhir parit di tutup terlebih dahulu dengan tanah. Ini dilakukan agar ari akan menggenang didalam parit.

Bila air sudah meresap merata, pengaliran air dipindahkan ke parit pada letak lahan berikutnya. Caranya ujung parit dibuka hingga sisa air dari lubang parit dapat berpindah keseluruhnya ke parit lainnya, demikian seterusnya pengaliran air ini dilakukan hingga seluruh petak lahan teraliri air. Bila kegiatan ini lancara, lahan seluas satu hektar dapat dialir air selama 6 jam.

  • Pengairan sistem pipa plastik atau pipa karet

Pengairan dengan sistem pipa plastik karet ini hemat air dibanding dengan sistem leb, sistem dapat berfungsi untuk memberikan pupuk cair kocoran. Pupuk cair terlebih dahulu dilarutkan dalam tandon. Dengan sistem ini, biaya tenaga kerja dan biaya pupuk dapat dihemat. Penerapan sistem ini ada dua sistem, yaitu sistem tunggal dan sistem tiang kelompok.

  • Pengairan sistem tunggal

Pengairan sistem tinggal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

    1. Siapkan tandon air berukuran 5m2 dan letakkan ditempat yang lebih tinggi dari lahan. Tandon dipasang miring agar endapan dari air dapat diarahkan dengan mudah kelubang pembuangan.
    2. Berikan penyaring air ganda, yaitu penyaring air masuk dan penyaring air untuk disalurkan pada pipa.
    3. Pasang pipa berukuran diameter sekitar 5cm pada tandon dan rangkaian dengan pipa berukuran sama yang ditempatkan di samping disetiap petak lahan. Pipa ini berfungsi sebagai penekan arus air ini dapat menggunakan timer atau alram sebagai tanda alih petak atau penyiraman di salah satu petak sudah cukup.
    4. Pasang pipa yang terbuat dari karet atau pelastik berdiameter 1-2cm pada kran yang terpasang pada pipa berukuran 5cm. Pemasangan pipa ini diatur sesuai petak lahan
    5. Pada ujung setiap pipa karet dipasangkan jaurm penusuk pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air pada setiap tanaman. Pemasangan jarum pipa disesuaikan dengan jarak tanaman
  • Pengairan sistem tiang kelompok

Cara pemasangan tandon air dan pipa plastik atau karet mirip dengan sistem tunggal. Perbedaannya hanya terletak pada pemasangan dan peletakan pipa plastik di tengan pasangan tanaman. Pada pipa plastik diberi lubang dengan jarak 20cm. Melalui lubang tersebut air dialirkan ke tanaman.

Penanaman

Setelah ditanam, diolah dan digemburkan, batang setek atau bibit buah yang sudah disiapkan dapat segera ditanam. Walaupun Ada dua sistem pembudiayaan buah naga yaitu sistem tunggal dan kelompok tetap saja cara penanamannya sama

  1. Sistem tiang panjatan bentuk tunggal

Teknis penanaman bibit setek buah dengan sistem tiang panjatan bentuk tunggal sebagai berikut

    • Siapkan sebanyak empat batang setek untuk setiap tiang panjat atau tiang penyangga
    • Oleskan fungsida Rodomil dengan dosis 40 g yang diharuskan dalam satu liter air untuk mencegah terjadinya pembusukan pangkal batang setek
    • Buatkan lubang tanam menggunakan tugal pendek dengan kedalaman lubang sesuai ukuran panjang bibit
    • Masukkan bibit setek sedalam 10 cm bila panjang setek berukuran 50 – 80 cm dan sedalam 4-8cm atau sekitar 205 panjang bibit bila panjangnya kurang dari 50 cm. Pembenaman setek tersebut harus merapat pada tiang panjat secara melingkar. Jarak setiap setek deengan pangkal tiang panjatan sekitar 10cm. Posisi merapat ke tiang panjatan dapat menjamin sulur tanaman memeluk tiang panjatan
    • Ikat ke empat bibit setek tersebut pada tiang panjatan dengan kawat agar tidak mudah jatuh. Pengikatan bibit tersebut jangan terlalu erat karana akan merusak permukaan dan daging bibit
  1. Sistem tiang panjatan bentuk kelompok

Sistem penanaman buah naga sistem tiang panjatan bentuk kelompok atau double rowing sebagai berikut

    • Tentukan jarak tanam antarpasangan tanaman 30cm sehingga nantinya setiap 30cm akan terdapat sepasang lubang tanam. Posisi antarpasangan bibit tersebut sejajar dengan antarbibit sekitar 10cm
    • Buat lubang tanam menggunakan tugal pada tempat yang sudah ditentukan
    • Berikan air pada lahan setelah semua bibit ditanam, dapat dilakukan dengan sistem leb atau sistem pipa.

Pemeliharaan Tanaman

Setelah ditanaman, tanaman membutuhkan perawatan intensif agar dapat tumbuh hingga berproduksi dengan baik. Ada dua masa yang akan dilalui tanaman hingga dapat berproduksi yaitu, masa vegetatif dan masa generatif

Masa vegetatif merupakan masa pertumbuhan organ perakaran dan percabangan. Buah naga membutuhkan bentuk percabangan  yang baik dengna jumlah cabang tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Sementara masa vegetatif merupakan masa menjelang berbunga atau berbuah

Masa generatif ini sangat erat kaitannya dengan generatif. Masa generatif muncul setelah pertumbuhan tunas cabang atau batang sudah menjadi sangat lambat atau berhenti. Bila pertumbuhan tanaman masih terlalu subur atau masa vegetatif masih berlangsung maka masa generatif dapat tertunda. Oleh karena itu, diperlukan perlakukan tertentu agar masa vegetatif dapat diatur sehingga tanaman dapat memasuki masa generatif. Pengamatan secara rutin sangat diperlukan agar produksi buah naga dikebun diperlukan beberapa tindakan diantaranya penyulaman, pengikatan, dan pengaturan letak, pengairan, pemupukan, dan pembumbunan, pemangkasan, serta penyeleksian dan calon buah

  1. Penyulaman

Penyulaman sangat diperlukan dalam pembudidayaan tanaman agar jumlah tanaman yang dapat berproduksi mencapai optimal. Biasanya penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Penyulaman merupakan tindakan mengganti tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh, atau kerusakan fisik lainnya.

Umumnya pada budidaya buah naga, sering terjadi busuk pangkal batang setek. Setek demikian harus segera diganti dengna setek yang baru. Demikian juga dengan setek yang mati atau tidak tumbuh, harus segera diganti.

  1. Pengaturan batang dan pengikatan cabang atau batang

Letak cabang atau batang perlu diperhatikan agar pertumbuhan tanaman menjadi normal tidak salah bentu. Bila hal ini dilakukan maka percepatan pertumbuhan tanaman yang diharapkan dapat terpenuhi

Pengeturan letak cabang atau batang ini dilakukan dengna pengikatan. Pengikatan dilakukan karena pertumbuhan cabang atau batang usdah bertambah. Artinya, ikatan yang dilakukan saat penanaman harus diubah letaknya. Dengan perubahan ikatan tersebut maka batang atau cabang  dapat diarahkan pertumbuhannya.

Pengikatan yang terlambat akan membuat pertumbuhan cabang  atau batang melengkung tidak teratur atau menyimpang dari arah tiang. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan cabang dan bakal cabang produksi ke arah atas.

Idealnya setiap 21-25cm harus diadakan pengontrolan dan pengikatan cabang. Bahan untuk pengikatan ini dapat berupa kawat alumunium elastis atau tali rafia. Bentuk ikatan sebaiknya berupa angka “8”. Pengikatan ini jangan terlalu kencang karena dapat menyebabkan cabang atau batang terjepit  atau patah.

Untuk pengikatan cabang pada sistem double rowing agak berbeda dengan sistem tunggal. Pada sistem ini bibit yang baru ditanam harus diikatkan pada turus bambu yang bersifat sementara. Pengikatan sementara ini dilakukan hingga tinggi tanaman 50-60 cm.

Seiring dengan pertumbuhan cabang memanjang maka pada ketinggian diatas 50 cm atau 60 cm sudah disiapkan kawat ram sebagai tempat untuk menambatkan tanaman. Saat itu, cabang atau batang diikatkan merapat pada kawat tersebut. Demikian seterusnya pengikatan dilakukan hingga tanaman mencapai ketinggian 140-150cm dan selanjutnya sulur – sulur terjurai pada kawat penyangga dibagian teratas.

Pengairan

Pengairan atau lazim disebut penyiraman dilakukan mulai hari ke 10 sesudah tanam atau sesuai kondisi tanah. Bila terlalu kering tanah harus segera disiram. Penyiraman tidak perlu banyak atau jangan sampai terendam. Bila ini terjadi maka tanaman dapat terserang busuk batang. Penyiraman dilakukan dengan sistem leb atau sistem sprinkle.

Prekuensi penyiraman berbeda antara masa vegetatif dengan masa generatif. Pada masa vegetatif, penyiraman dilakukan seminggu sekali hingga umur enam bulan. Bila kondisi tanahnya kering atau musim kemarau, frekuensi penyiraman bisa dilakukan 5-7 hari sekali.

Jenis tanah yang baik untuk penyiraman adalah lempung berpasir dan berdebu. Namun, yang terpenting adalah harus diperhatikan dan aerasi tanah. Sementara masa generatif, frekuesi penyiraman dilakukan 10-14 hari sekali. Waktu untuk melakukan penyiraman tanaman adalah pada pagi hari pukul 06.00 atau sore hari 17.00.

Pemupukan dan Pembumbunan

Jenis pupuk yang diberikan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Bhakan jumlah dan cara pemberiannya berbeda-beda sesuaii pertimbangan ekonomis maupun perlakuan terhadap tanaman naga.

Setiap petani memiliki cara tersendiri dalam melakukan pemupukan karena disesuaikan dengan kondisi lahan maupun tenaga yang ada. Pemberiannya dapat dilakukan secara bertahap sesuai umur tanaman. Namun, dapat saja pemberian pupuknya dilakukan karena tanaman sudah menunjukkan gejala gejala kekurangan unsur hara tertentu. Gejala kekurangan unsur hara danc afa mengatasinya adalah sebagai berikut:

  • Nitrogen

Kekurangan unusr (N) pada cabang atau batang yang pertumbuhannya kecil dan ramping. Panjang cabang atau batang tidak seimbang dengan diameternya. Warna kulit cabang hijau muda kekuningan atau pucat. Pertumbuhannya lamat dan semakin lama tampak kusam dan mengering. Bila gejala ini tampak pada masa berbuah, bauak akan berukuran kecil dan cepat menjadi matang.

Untuk mengantisipasi kekuarangan nitrogen, tanah dapat diberikan pupuk nitrogen yang bersumber dari nitrat.

  • Fosfor

Gejala yang tampak akbit kekurangan (P) adalah cabang atau batang berwarna merah keunguan yang semakin lama akan mengeras dan berwarna sedikit cokelat kekuningan. Bentuk buah menjadi jelek, lekas tua, dan kecil.

Mengatasi kekurangan fosfor dilakukan dengan pemberian pupuk Fospor yang mudah diserap tanaman. Pupuk P tersebut sebaiknya berupa pupuk daun walaupun juga diberikan pupuk P malalui akar. Pupuk melalui akar diberikan sebulan sekali, sedangkan melalui daun seminggu sekali selama 4-6 minggu berturut-turut.

  • Kalium

Tanda bahwa tanaman kekurangan unsur kalium (K) antara lain cabang atau batang berwarna hijau terang, tetapi tampak lemah seakan mengandung banyak air. Terkadang cabang atau batang melengkung atau bengkok. Di ujung cabang terdapat bercak cokelat mengering. Bila mengalami tanda tanda tersebut, tanaman diberi tambahan sedikit pupuk yang mengandung kalium , seperti KCL atau ZK.

  • Magnesium

Kekurangan unsur magnesium (Mg) akan menyebabkan cabang maupun batang yang semula hijau menjadi kusam dan pucat yang akhirnya mengering. Pada cabang atau batang  tersebut terdapat bintik putih, terkadang bergeripis. Agar kebutuhan tanaman akan unsur Mg dapat tercapai, setiap tanaman perlu diberi dolomit melalui akar sebanyak 30-50 gram atau pupuk daun berkadar Mg tinggi.

  • Mangan

Tanaman yang kekurangna mangan memiliki pertumbuhan cabang atau batang sangat lambat. Pada lekukan cabang berwarna hijau lebih tua dibanding pada helainya. Dilihat dari bentuknya, cabang masih dapat berkembang, tetapi menjadi kecil dan terhenti. Untuk mengatasinya, tanaman dapat diberi tambahan pupuk mikro yang mengandung Mn.

  • Besi

Kekurangan unsur besi menyebabkan tunas cabang atau batang berwarna kekuningan dan rapuh atau mudah patah. Bagian tepi cabang berwarna hijau muda. Tanaman yang menampakkan gejala tersebut dapat diberi pupuk mikro yang mengandung unsur Fe.

  • Tembaga

Pada masa pertumbuhan vegetatif, tanaman jarang kekurangan unsur Cu. Kekurangan unsur Cu sering ditemukan saat tanaman berbuah. Gejalanya antara lain buah kecil dan berwarna merah tapi kulitnya keras. Tanaman dengan gejala tersebut diberi pupuk daun yang mengandung Cu.

  • Seng

Tanaman yang kekurangan unsur seng tanpak bercabang pendek dan beruas pendek. Pada cabang tersebut tampak bintik merah yang akhirnya berlubang. Tanaman tersebut dapat diberi pupuk daun yang mengandung Zn

  • Boron

Kekurangan boron menyebabkan batang atau cabang berwarna cokelat tua atau hitam. Buah menjadii kerdil atau berbentuk tidak normal. Tanaman tersebut dapat diberi pupuk mikro atau pupuk daun yang mengandung unsur boron.

  • Molibdenum

Kekurangan unsur ini menyebabkan cabang muda menguning, akhirnya menjadi cokelat dan mengering. Tanaman sebaiknya diberi pupuk daun yang mengandung unsur molibdenum.

Secara umum, dosis dan jenis pupuk yang dapat diberika sesuai umur tanaman dapat dilihat pada tabel berikut:

Mengatasi Beberapa Permasalahan Pada Perawatan Tanaman

Sejak awal tanaman hingga berumur 50 hari, tanaman sering menampakkan beberap hal berikut:

  • Walaupun tanaman masih hidup, sering dipangkal batang menjadi berlubang – lubang atau busuk rata dan tersisa bagia batang yang berkayu atau berkambium sehingga tampak bergeripis. Bila tampak seperti ini, tanaman segera dibumbun atau diberi fungsida.
  • Cabang sering terjadi salah bentuk akibat pengikatan yang terlambat. Hal ini dapat diatasi dengan memperbaiki arah cabang
  • Bila ada lebih dari satu tunas yang tumbuh, perlu dilakukan seleski batang yang baik pada posisi yang sama atau letak berdekatan dengan cabang. Tunas yang dipilih haus kekar dan sehat dengan pertumbuhan lebih cepat.
  • Tanaman dengna batang keriput dapat terjadi kekurangan air. Bial air cukup, tetapi tetap saja pucuknya keriput, drainase perlu dibenahi. Bila tidak dibenahi maka akan menjadi pembusukan batang yang dimulai dari pangkal batang. Pertumbuhan akan terhenti bila terlalu berlebihan air.
  • Bila ada tanaman yang salah bentuk atau mengeci tidak normal, perlu dilakukan pemberian pupuk sebelum tanaman dairi.

Pemangkasan

Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Oleh karena itu, pemangkasan terbaik harus dilakukan sedini mungkin dan berkala sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih teratur. Pemangkasan tanaman buah naga dilakukan sejak masa vegetatif untuk membentuk percabangan dan pada masa generatif atau produksi untuk membentuk cabang produktif.

  • Pemangkasan untuk membentuk batang pokok

Pertumbuhan cabang tanaman buah naga sangat aktif kebagian arah maka pada awal fase vegetatifnya diperlukan pengaturan dan pemilihan tunas cabang yang dibutuhkan. Langkah awal setelah bibit ditanam adalah membuat percabangan ke arah atas melalui pertumbuahn tunas tanaman naga. Percabangan ini disebut batang pokok.

Batang pokok berukuran 120-150cm dari permukaan tanah. Tunas ini akan tumbuh dengan tata letak yang tidak beraturan maka dilakukan pemilihan tunas. Pilihlah tunas yang terletak di ujung, sedangkan tunas yang lain dipangkas atau dibuang. Pemangkasan dalakukan pada pangkal tunas.

  • Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi

Secara alami akan tumbuh beberapa tunas di sekitar bekas pangkasan pucuk batang pokok. Pilihlah sebanyak 3-4 tunas/cabang produksi yang kekar dan sehat sejak ujung hingga ke bawah sekitar 30cm. Disinilah cabang produksi akan memanjangkan batangnya menjuntai kearah bawah

Pembentukan cabang produksii sering juga mengalami bentuk yang tidak sempurna, beruas pendek atau diamternya kecil. Jika diketahui tunas yang tumbuh mencapai 20cm dengan diameter 3 cm, segera dipangkas agar tumbuh tunas yang baru lebih baik. Tunas ini biasanya tertelak di sisi lain. Ketika membentuk cabang produksi kita dituntut jeli dalam seleksi baang/tunas. Dengan begitu, segala yang terbentuk maupun sarana bahan akan efisien.

Selama pembentukan cabang produksi sering tumbuh tunas susulan yang terdapat pada cabang produksi tersebut dan ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan sulur produksi. Segeralah untuk dibuang agar fase generatif nantinya dapat merata dalam pembungaan. Pada saat tertentu sulur produksi akan berhenti memanjang dan saat itu lakukanlah pangkas pucuk sepanjang 5-10cm pada sulur produksi tersebut. Tujuannya adalah membuat cabang cepat menjadi dewasa. Umumnya sulur mencapai ukuran 80-120cm tergantung tingkat kesuburan media tanamnya.

  • Pemangkasan untuk membentuk cabang produktif

Pada cabang baru sering tumbuh bejajar sekitar 3-4 tunas baru. Bila ini yang terjadi maka sebaiknya cukup ditinggalkan satu tunas baru saja. Tentu saja dipilih tunas baru yang pertumbuhannya baik dan cepat. Tunas baru yang dipilih diusahakan berada terdekat dengan batang pokok atau cabang akhir. Bila tunas baru dipangkas rapi dan efisien atau seimbang maka pembentukan calon buah akan sangat baik

Proses Pembuangan dan selesksi kuntum dan buah

Dalam proses pembungaan, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi sebagai berikut:

    • Cabang produksi telah terbentuk dengan baik, jumlah maupun ukurannya dengan panjang antara 70-100cm
    • Pada setiap ujung sulur telah dilakukan pangkas sepanjang 5-10cm agar terjadi tahapan penuaan
    • Cabang produksi yang terbentuk tidak diperbolehkan adanya tunas. Cabang yang tumbuh di bagian samping perlu dipangkas,

Pada umumnya cabang cabang produksi telah terbentuk pada umur 6-7 bulan sejak tanam. Tentunya pada fase vegetatif, keadaan tanaman telah menerima zat hara seimbang dan cukup. Pada masa menjelang berbunga, pengairan cukup diberikan satu kali saja bersamaan setelah dilakukan pemupukan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuangan serta seleksi kuntum bunga dan buah, termasuk langkah langkah dan perlakuannya, sebagai berikut:

    • Lakukan penyemprotan dengan menggunakan pupuk daun berkadar P tinggi, misalnya Gandasi D, Hortigro P44, ataupun Surplus P45. Jumlah larutan 60 liter per 1000 produksi tanaman. Dosisnya adalah 2 gram/l air. Berikan setiap minggu sekali selama 8 minggu
    • Umumnya akhir bulan 7 dan 8 tanaman mulai belajar berubunga yang ditandai dengan munculnya kuntum bunga. Pada saat itu tetap lanjutkan penyemprotan pupuk daun. Jika kuntum bunga telah tumbuh 20% dari populasi tanaman maka lakukan pengairan setidaknya 2 minggu sekali. Tujuannya adalah untuk mencegah rontonya kuntum bunga, memperbesar kuntum bunga, dan penyerapan hara.
    • Langkah selanjutnya adalah mencegah rontoknya kuntum bunga. Untuk tahap awal, tinggalkan 1 atau 2 kuntum bunga pada setiap sulur atau cabang produksi. Jika yang ditinggalkan adalah 2 kuntum bunga maka berikan jarak antarkuntum minimal 30cm. Pilihlah kuntum bunga yang menghadap matahari.
    • Jika tumbuh tunas cabang baru pada cabang produksi maka lakukan pemangkasan. Dengan kata lain, pada fase generatif/pembentukan kuntum bunga maupun pembentukan buah, tidak bolah ada tunas cabang baru yang tumbuh. Jika ada, sedini mungkin dipangkas. Untuk mencegah tumbuhnya tunas baru dapat dibantu dengan pemakaian hormon penghambat pertumbuhan tunas.
    • Untuk mengatur ukuran buah yang ideal, dapat dilakukan penyemprotan melalui komposisi K Power (Hortigro P44) 2gram/liter air, Calbro 1 cc/liter air, dan Magnisal 2 gram/liter air. Cara lain yang dapat digunakan adalah hormon Gibberelic Acid (GA3). Pemberian dilakukan pada saat kuntum bunga sedang tumbuh dan waktu menjadi pentil buah. Caranya, gunakan sprayer tangan, kemudian semprotkan pada kuntum bunga. Dosis yang digunakan adalah 50-70 ppm. Jumlah tersebut dapat diberikan pada 700 kuntum bunga
    • Untuk penampilan dan rasa buah dapat diberi perlakukan dengan menggunakan campuran Monokalium Phospat/MKP (0 : 52 :34) 2 gram per liter air dan Multimikro 1 cc /liter air. Campuran tersebut diberikan pada saat buah berwarna hijau menjelang merah dengan cara menyemprotkan pada cabang produksi maupun pada buah
    • Sering dijumpai buah berukuran kecil berwarna merah (kerdil). Sedini mungkin buah seperti itu dibuang agar muncul kuntum bunga yang baru. Jumlah buah yang ditumbuhkan pada cabang produksi perlu diatur. Jika cabang produksi berukuran kecil dan pendek maka buah yang dipelihara cukup satu buah saja.